Sabtu, 14 April 2012

TUGAS AKHIR OBSERVASI


LAPORAN HASIL OBSERVASI
SD N TEGALREJO 4 SALATIGA
 



disusun oleh :


Disusun Oleh :
1.      Hesti Wahyu Amaliya           (292010062)
2.      Iin Ariani                               (292010063)
3.      Hilda Maulia Rahma            (292010066)
4.      Hardina Susilorini                 (292010079)
5.      Nurvita Anggi Tiarani          (292010080)
6.      Fransiska Indah Crisanti     (292010088)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat_Nya, sehingga kami sebagi penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang bertema tentang penggunaan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh guru di SD N Tegalrejo 4 Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Laporan penelitian ini dibuat guna menyelesaikan tugas strategi pembelajaran.
Banyak pihak yang terlibat selama kami melakukan penelitian maupun dalam penulisan hasil penelitian ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1.             Bapak Stefanus C.R sebagai dosen yang telah telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyusunan hasil penelitian ini.
2.              Kepala Sekolah dan Guru di SDN Tegalrejo 4 Salatiga.
3.              Bapak Yustinus sebagai guru kelas V SDN Tegalrejo 4 Salatiga.
4.              Siswa – siswa kelas V Tegalrejo 4 Salatiga.
5.              Orang tua kami yang selalu memberi dukungan selama penelitian.
6.             Teman – teman kelompok penelitian yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan laporan penulisan.       
Kami sebagai penulis menyadari dalam menyusun laporan hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam suatu proses pembelajaran harus terjadi kerjasama yang baik antara siswa dan guru. Guru sebagai fasilitator dalam proses keberhasilan pembelajaran harus bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pada anak usia sekolah dasar, anak cenderung lebih tertarik pada pemebalajaran yang melibatkan mereka secara langsung, karena mereka akan lebih paham dan mengerti dengan pembelajaran yang konkret. Guru menjadi faktor penentu manakala siswa sudah tidak mulai tertarik dengan pembelajaran, itu sebabnya sebagai guru yang profesional harus bisa mengondisikan semua aspek pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh, baik dari aspek persiapan guru seperti materi pembelajaran dan pada aspek teknis di sekolah.
Permasalahan pendidikan akan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk menjadikan suatu pembelajaran menjadi tempat berkumpulnya pemikir – pemikir muda ( siswa ) yang hebat melalui berbagai pendekatan, model serta metode yang cocok untuk diterapkan pada anak usia sekolah dasar, yang pada akhirnya peserta didik memliki life skill yang baik sebagai bekal di masa yang akan datang. Guru harus bisa merangkum itu semua menjadi sebuah strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Penelitian di kelas 5 SD N Tegalterjo 4 Salatiga ini dilaksanakan untuk mengetahui bahwa guru melakukan pengajaran di dalam kelas dengan menggunakan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran, guru mempunyai acauan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pembelajaran yang dilakukan guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4?
2.      Apakah guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4  menggunakan model atau metode yang tepat?
3.      Apa pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran?
4.      Bagaimana guru meningkatkan life skill?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga.
2.      Menganalisis model atau metode yang digunakan guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga.
3.      Menganalisis pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran.
4.      Menganalisis cara guru dalam meningkatkan life skill.

D.    Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.      Bagi Guru
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan kedisiplinan belajar serta dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran agar pemebelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Serta guru dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan interaktif.

2.      Bagi SDN  Tegalrejo 4 Salatiga
Dengan adanya penelitian tentang penggunaan rencana pelaksanaan pembelajaran maka diharapkan dapat dipakai sebagai  bahan pertimbangan untuk menilai guru yang mengajar.

3.      Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan  dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji. 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembelajaran Guru di Kelas
Guru merupakan kunci sentral atas keberhasilan pembelajaran, sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan para murid. Guru seolah – olah sedang memimpin konser saat berada di ruang kelas. Guru memahami sekali bahwa setiap murid  memiliki karakter masing – masing, sebagai mana alat musik seperti seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar. Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana Guru dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. ( Lozanov, 1978 ). Guru harus dapat membawa siswa kedalam dunia yang akan mereka ajarkan serta antarkan dunia kita kepada para siswa.
Proses Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika mengguankan sebuah urutan atau aturan yang sudah dipersiapkan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru menetukan stategi pembelajaran yang cocok untuk peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan Penelitian di SD N Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga sudah menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran serta model pembelajaran yang cocok bagi peserta didik, karena pembelajaran dapat mengaktifkan siswa untuk berpikir kritis, hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru yaitu pendekatan induktif.

B.     Pendekatan Pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga yang diterapkan pada pembelajaran matematika dengan materi jaring – jaring kubus, guru kelas menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Induktif. Pendekatan Induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali – kali akan membentuk sebuah pola tertentu ( dari hal – hal khusus ke umum ). Pendekatan induktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Pendekatan induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Selain itu juga membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya dalam penerapannya. Melalui pertanyaan – pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, di mana guru harus menjadi pembimbing untuk membuat siswa berpikir.
Dalam penerapan pendekatan induktif ini, guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, pertama yang dilakukan dalam inti pembelajaran adalah  memberikan sebuah penejelasan tentang materi jaring – jaring kubus, kemudian siswa harus membuktikan secara mandiri secara individu maupun kelompok dengan melakukan percobaan dan observasi dengan membuat model – model jaring – jaring kubus. Guru sebelumnya sudah menyiapkan potongan – potongan karton kecil – kecil untuk dibagikan pada siswa sebagai bahan untuk membuat jaring – jaring kubus. Dengan demikian siswa dapat mengonstruksikan pemikirannya untuk terus menggali semua pengetahuan dengan keterampilan membuat jaring – jaring, selain itu secara langsung akan sedikit demi sedikit akan terbentuk life skill anak yang mandiri dalam memecahkan permasalahan tanpa rasa takut akan kegagalan. Dengan percobaan secara langsung maka akan timbul rasa percaya diri pada anak dan akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, karena pada dasarnya anak usia sekolah dasar sangat cocok dengan pembelajaran secara konkret.

C.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi jaring – jaring kubus yang digunakan oleh guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga adalah dengan mengguankan model pembelajaran Pair Checks. Guru membentuk kelompok sepasang sebangku, kemudian memberikan tugas membuat jaring-jaring kubus dengan menggunakan potongan karton kecil – kecil. Model Pair Checks ini, siswa dintuntut untuk bekerjasama untuk menghasilkan sebuah pemikiran seperti menentukan jaring – jaring kubus. Pair checks ( pasangan mengecek ) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam penerapan model pair checks dalam pembelajaran matematika tentang jaring – jaring kubus di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga guru menggunakan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1). Guru menentukan dan menjelaskan konsep permasalahan ( konsep tentang jaring – jaring kubus )        
2). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan, setiap pasang berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan   membuat jaring – jaring kubus dari potongan kardus.
2). Pelatih Mengecek
Setiap partner didalam kelompok saling membantu dalam menegrjakan tugasnya dalam membuat jaring – jaring kubus,  setelah yakin dengan hasilnya, salah satu patner maju kedepan untuk melihatkan jaring – jaring kubus pada semua temannya. Di sinilah tugas guru untuk mengecek jawaban siswa, jika jaring – jaring kubus yang dibuat benar, jaring – jaring kubus di tempel di depan, tapi jika salah siswa kembali harus memperbaiki sampai menemukan bentuk jaring – jaring yang dapat dibentuk menjadi kubus.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran, maksudnya siswa bergantian ketika maju. Jadi jika salah satu pasangan maju pada kegiatan pertama, maka pasangan yang satunya maju pada kegiatan kedua. Banyak kegiatan yang dilakukan tergantung dari setiap guru.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.Jadi saat salah satu pasangan dari tim lain maju, maka pasangan tim lainnya mengecek bersama – sama, apakah jaring – jaring yang diperlihatkan bisa dibentuk sebuah kubus.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep. Ketika pasangan tim lain memeberikan komentar pada tim yang maju guru harus meberikan penegasan kemabali atas jawaban siswa.
Setelah kami melakukan penelitian terhadap cara pengajaran guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bisa diterima dengan baik oleh siswa, karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan dari awal sampai akhir. Ada kelebihan dan kekurangan model pair checks yang diterapkan pada pembelajaran di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga.
Kelebihannya pembelajaran menjadi aktif, siswa sangat antusias untuk maju kedepan untuk menunjukan hasil karyanya ( jaring – jaring kubus ).  Setiap siswa sangat antusias untuk mengikuti setiap instruksi guru, setiap siswa mencoba untuk membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, semua siswa aktif saling bekerjasama dalam kelompok.
Kekurangannya membutuhkan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi, bagi anak usia sekolah dasar pemikiran dan konsentrasi yang tinggi sulit untuk dilakukan. Selain itu ada sedikit masalah ketika akhir dari pembelajaran, guru akan memberikan penugasan akhir untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah diajarkan, guru memberikan lima buah soal yang ditampilkan pada LCD karena lampu mati akhirnya sisw diberikan tugas untuk menggambar lima buah jaring- jaring yang bisa dibuat menjadi kubus sesuai daya ingat mereka. Pembelajaran tetap dapat berjalan lancar, karena dari awal siswa sudah tertarik dan sangat antusias untuk mengikuti seluruh jalannya kegiatan pembelajaran.

D.    Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, praktikum, dan penugasan. Metode yang dipilih juga sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena merupakan salah satu komunikasi atau pentransferan ilmu baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, maupun siswa ke siswa. Dengan metode akan terjadi pertukaran pemikiran yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai cara atau solusi dari pemecahan masalahan yang sedang dihadapi. Dengan metode ceramah, siswa dapat menerima informasi secara langsung dari narasumber yang bisa dipercaya ( guru ), dengan metode diskusi, siswa dapat saling bertukar informasi, serta dapat menumbuhkan kerjasama yang baik. Di dalam ceramah pasti akan terjadi tanya jawab, dengan tanya jawab, siswa dapat bertanya materi apa yang belum dipahami, dan guru memberikan jawaban. Untuk memecahkan permasalahan tentang bentuk – bentuk jaring – jaring  kubus, siswa melakukan praktikum dengan membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, dengan bimbingan guru ( inkuari terbimbing / penemuan terbimbing ). Selain itu menjadi hal yang sangat penting yaitu penugasan, setelah akhir praktikum siswa diberikan tugas untuk menulis kembali bentuk – bentuk jaring – jaring kubus yang telah ditemukan didalam buku catatan dengan menggunakan penggaris. Setelah itu dinilai, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi, serta siswa pun juga dapat megetahuai sejauh mana kemampuan pada dirinya.

E.     Peningkatan Life Skill
Dalam pembelajaran matematika yang dialakukan oleh guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, ini sangat menarik karena anak dituntut untuk bisa menggunakan seluruk pengetahuan serta kemampuannya dalam memcahkan masalah. Guru memberikan permasalahan dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk bisa menemukan bentuk jaring – jaring kubus sebanyak yang bisa mereka temukan. Hal ini dapat dapat dikatakan meningkatan life skill anak, karena secara mandiri dengan pengawasan serta bimbingan guru anak bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi. Mereka juga tidak menyerah sampai gurulah yang harus menentukan batas waktu dalam pemecahan masalah tersebut. Setelah waktu yang ditentukan sudah selesai peserta didik dengan luar biasa dapat menemukan sebelas bentuk jaring – jaring kubus dengan bentuk yang berbeda. Tetapi untuk membuktikan bahwa peserta didik ini benar – benar sudah mengetahui dan paham akan bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, guru terus memancing anak untuk menemukan lagi bentuk lain jaring – jaring kubus yang belum ditemukan. Anak – anak pun masih sangat antusias dan mencoba dan terus mencoba untuk menemukan lagi. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa peserta didik tidak cepat menyerah serta tidak cepat puas terhadap hasil yang mereka capai,mereka akan terus beruasaha sampai benar – benar yakin akan hasil yang mereka mau. Ini sanagat baik ketika anak mengahadapi masalah diluar permasalahan pelajaran, anak diharapkan pula untuk jangan cepat menyerah dan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.


BAB III
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitia dan pembahasan penelitian sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, dan saran sebagai berikut:
1.      Kesimpulan
Pendekatan, model, serta metode pembelajaran pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena peserta didik dapat aktif dalam pembelajara yaitu dengan aktif untuk membentuk jaring – jaring kubus, setelah mencoba – coba untuk membentuk jaring – jaring kubus dan mereka sudah merasa hasil karya mereka benar, siswa akan maju ke depan untuk memamerkan hasil karyanya. Guru menggunakan pendekatan induktif, model Pair Checks (berpasangan sebangku dengan membuat jaring-jaring kubus) dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, partikum, dan penugasan untuk mengaplikasikan dalam proses pengajaran. Selain itu rencana pelaksanaan yang telah disusun guru sudah dilaksanakan sesuai dengan urutan yang benar. Pada akhir pembelajaran untuk mengetahui bahwa siswa dapat menyerap materi pembelajaran dengan baik, guru mengukur kemampuan peserta didik dengan memberikan penugasan. Setelah semua peserta didik mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan, guru memberikan nilai pada pekerjaan peserta didik. Hal ini sangat penting dilakukan, karena umpan balik yang positif akan memotivasi siswa untuk selalu giat belajar. Selain itu pembelajaran dengan model pair check ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi siswa dalam memberikan penilaian.

2.      Saran
Dalam suatu proses pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun. Selain itu guru juga harus menggunakan model, pendekatan dan metode yang tepat sehingga peserta didik dapat menerima informasi dengan optimal dan dapat meningkatkan life skill. Kemandirian siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran juga sangar ditekankan, agar siswa tidak mudah menyerah dalam mengikuti pembelajaran. Guru sebagai pemimpin dalam kelas diharapkan untuk memberikan lebih motivasi serta penghargaan berupa pujian pada peserta didik, dan sugestikan pada pemikiran, bahwa setiap peserta didik memliki pengetahuan, disinilah guru berperan sangat penting untuk menerapkan serta membimbing peserta didik untuk mengeksplor semua pengetahuan mereka.



DAFTAR PUSTAKA

            http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-pair-check.html








Senin, 26 Maret 2012

pendidikan karakter


HILDA MAULIA RAHMA
292010066
C
PENDIDIKAN BERKARAKTER
A.    Hakikat Pendidikan Karakter
Upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamantkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), sesungguhnya hal yang dimaksud sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dlam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis seta bertanggung jawab” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikn keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar engajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menenamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa
B.     Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidkan karakter berfungsi untuk mengembagkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan endidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
C.    Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Dalam satuan pendidikan ada 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan, yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikaif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan priorita pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritasikan dari 18 nilai di atas. Antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain itu berbeda, hal ini tergantung kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing.
D.    Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter mencakup seluruh potensial manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga,satuan pendidikan, dan masyarakat)
E.     Strategi Pendidikan Karakter
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidial dan pengayaan
1.      Kegiatan Pembelajaran
Dapat menggunakan pendekatan kontekstual. Melalui pembelajaran kontekstual peserta didik lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif tetapi pada afektif dan psikomotor. Tetapi juga dapat menggunakan pendekatan yang lain dengan strategi yang berbeda pula.
2.      Pengembangan Budaya Sekolah dan {usat Kegiatan Belajar
Kegiatan beljar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a.       Kegiatan Rutin, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus, misalnya kegiatan upacara
b.      Kegiatan Spontan, kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan, misanya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang sakit.
c.       Keteladanan, perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidik dan peserta didik dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik
d.      Pengkondisian, menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan pendidikan karakter
3.      Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ini adalah kegiatan yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.      Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
Dalam sebuah penilaian itu dengan adanya penetapan indikator dari nilai-nilai yang sudah disepakati, menyusun berbagai istrumen peilaian, melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator, melakukan analisis dan evaluasi, kemudian melakukan tindak lanjut.



model pembelajaran inside outside circle


STRATEGI PEMBELAJARAN
INSIDE OUTSIDE CIRCLE
 



DISUSUN OLEH :
HILDA MAULIA RAHMA
292010066-C





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2011/2012


MODEL PEMBELAJARAN IOC (INSIDE OUTSIDE CIRCLE)
Model Pembelajaran Inside- Outside- Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Model  ini dikembangkan pertama kali di Inggris oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan agar siswa dapat saling berbagi informasi dalam waktu yang bersamaan. Dengan adanya struktur yang jelas memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Pelaksanaan pembelajaran  diskusi  dengan  teknik  Inside  Outside  Circle  ini  dilakukan berdasarkan   rencana  awal  yang  telah   disusun  peneliti  pada  perencanaan tindakan.  Kegiatan  pembelajaran  terdiri  atas  tiga  tahapan  yaitu  kegiatan  awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pada kegiatan awal :
1.      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD
2.      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang atau dapat juga dalam kelas dibagi dalam 2 kelompok besar dan tiap kelompok terdiri dari 2 kelompok lingkaran.
Pada kegiatan inti :
1.      Guru membagi tugas pada tiap-tiap kelompok untuk mencari informasi mengenai materi yang dibagikan
2.      Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan
3.      Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok)
4.      Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
5.      Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
6.      Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
7.      Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
8.      Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.
Pada kegiatan akhir :
1.      Guru memberikan ulasan serta mengevaluasi hasil dari kegiatan tersebut
2.      Guru memberikan kesimpulan dapat juga dibuat sebagai kontruksi terhadap pengetahuan yang diperoleh dari diskusi.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.

Kekurangan :
 Membutuhkan ruang kelas yang besar.
 Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk dilakukan.
Materi yang cocok dengan model pembelajaran ini adalah :

1
.  IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.

b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.

Alasan :

Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.

2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

Alasan :

Pada pembelajaran menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside - circle) (lingkaran besar - lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside - inside - circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside - inside - circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.

3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
 Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa

 Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik

Alasan :
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.









Daftar Pustaka