LAPORAN HASIL OBSERVASI
SD N TEGALREJO 4 SALATIGA
disusun oleh :
Disusun Oleh :
1.
Hesti
Wahyu Amaliya (292010062)
2.
Iin
Ariani (292010063)
3.
Hilda
Maulia Rahma (292010066)
4.
Hardina
Susilorini (292010079)
5.
Nurvita
Anggi Tiarani (292010080)
6.
Fransiska
Indah Crisanti (292010088)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN
SATYA WACANA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan rahmat_Nya, sehingga kami sebagi penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang bertema tentang penggunaan rancangan
pelaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh guru di SD N Tegalrejo 4 Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Laporan penelitian ini dibuat
guna menyelesaikan tugas strategi pembelajaran.
Banyak pihak yang terlibat selama kami melakukan
penelitian maupun dalam penulisan hasil penelitian ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1.
Bapak Stefanus C.R
sebagai dosen yang telah telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam
penyusunan hasil penelitian ini.
2.
Kepala Sekolah dan
Guru di SDN Tegalrejo 4 Salatiga.
3.
Bapak Yustinus
sebagai guru kelas V SDN Tegalrejo 4 Salatiga.
4.
Siswa – siswa kelas
V Tegalrejo 4 Salatiga.
5.
Orang tua kami yang
selalu memberi dukungan selama penelitian.
6.
Teman – teman
kelompok penelitian yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan laporan
penulisan.
Kami sebagai penulis menyadari dalam menyusun laporan
hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
suatu proses pembelajaran harus terjadi
kerjasama yang baik antara siswa dan guru. Guru sebagai fasilitator dalam
proses keberhasilan pembelajaran harus bisa menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik. Pada anak usia sekolah dasar, anak cenderung
lebih tertarik pada pemebalajaran yang melibatkan mereka secara langsung,
karena mereka akan lebih paham dan mengerti dengan pembelajaran yang konkret. Guru
menjadi faktor penentu manakala siswa sudah tidak mulai tertarik dengan
pembelajaran, itu sebabnya sebagai guru yang profesional harus bisa
mengondisikan semua aspek pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh, baik
dari aspek persiapan guru seperti materi pembelajaran dan pada aspek teknis di
sekolah.
Permasalahan pendidikan akan selalu muncul bersamaan
dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi
lingkungan yang ada. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk menjadikan
suatu pembelajaran menjadi tempat berkumpulnya pemikir – pemikir muda ( siswa )
yang hebat melalui berbagai pendekatan, model serta metode yang cocok untuk
diterapkan pada anak usia sekolah dasar, yang pada akhirnya peserta didik memliki
life skill yang baik sebagai bekal di masa yang akan datang. Guru harus bisa
merangkum itu semua menjadi sebuah strategi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Penelitian di kelas 5 SD N Tegalterjo 4 Salatiga ini dilaksanakan
untuk mengetahui bahwa guru melakukan pengajaran di dalam kelas dengan
menggunakan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga dalam proses
pembelajaran, guru mempunyai acauan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas 5
SD N Tegalrejo 4?
2. Apakah
guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 menggunakan model atau metode yang tepat?
3. Apa
pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran?
4. Bagaimana
guru meningkatkan life skill?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat
diketahui tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga.
2. Menganalisis
model atau metode yang digunakan guru kelas 5
SD N Tegalrejo 4 Salatiga.
3. Menganalisis
pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran.
4. Menganalisis
cara guru dalam meningkatkan life skill.
D.
Manfaat Penulisan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Bagi Guru
Sebagai masukan
dalam mengelola dan meningkatkan kedisiplinan belajar serta dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran agar pemebelajaran yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Serta guru
dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan interaktif.
2.
Bagi SDN Tegalrejo 4 Salatiga
Dengan
adanya penelitian tentang penggunaan rencana pelaksanaan pembelajaran maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menilai guru yang mengajar.
3.
Bagi Penulis
Penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke
lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan
ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang
yang dikaji.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran Guru di Kelas
Guru merupakan kunci sentral atas keberhasilan
pembelajaran, sebagai guru yang akan mempengaruhi
kehidupan para murid.
Guru seolah – olah sedang
memimpin konser saat berada di ruang kelas. Guru
memahami sekali bahwa setiap murid memiliki karakter masing – masing, sebagai mana alat musik seperti
seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap
karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar. Proses belajar
atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatu berarti setiap
kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana Guru dapat mengubah lingkungan,
presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar
berlangsung. ( Lozanov, 1978 ). Guru harus dapat membawa siswa kedalam dunia yang akan mereka
ajarkan serta antarkan dunia kita kepada para siswa.
Proses
Pembelajaran
akan berjalan dengan baik jika mengguankan sebuah urutan atau aturan yang sudah
dipersiapkan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru menetukan stategi
pembelajaran yang cocok untuk peserta didik. Semua kegiatan pembelajaran ini
tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah melakukan Penelitian
di SD N Tegalrejo 4 Salatiga, bahwa guru kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga sudah
menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran serta model pembelajaran yang
cocok bagi peserta didik, karena pembelajaran dapat mengaktifkan siswa untuk
berpikir kritis, hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan oleh guru
yaitu pendekatan induktif.
B. Pendekatan Pembelajaran
Dalam
pembelajaran di kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga yang diterapkan pada
pembelajaran matematika dengan materi jaring – jaring kubus, guru kelas
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Induktif. Pendekatan
Induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori berdasarkan hasil
pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan
berkali – kali akan membentuk sebuah pola tertentu (
dari hal – hal khusus ke umum ). Pendekatan induktif
ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon
yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit
sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.
Pendekatan induktif dirancang
berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Selain itu juga membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya dalam penerapannya. Melalui
pertanyaan – pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi
pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran induktif ini, jadinya sangat
tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran,
di mana guru harus menjadi pembimbing untuk membuat
siswa berpikir.
Dalam
penerapan pendekatan induktif ini, guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga, pertama
yang dilakukan dalam inti pembelajaran adalah
memberikan sebuah penejelasan tentang materi jaring – jaring kubus,
kemudian siswa harus membuktikan secara mandiri secara individu maupun kelompok
dengan melakukan percobaan dan observasi dengan membuat model – model jaring –
jaring kubus. Guru sebelumnya sudah menyiapkan potongan – potongan karton kecil
– kecil untuk dibagikan pada siswa sebagai bahan untuk membuat jaring – jaring
kubus. Dengan demikian siswa dapat mengonstruksikan pemikirannya untuk terus
menggali semua pengetahuan dengan keterampilan membuat jaring – jaring, selain
itu secara langsung akan sedikit demi sedikit akan terbentuk life skill anak
yang mandiri dalam memecahkan permasalahan tanpa rasa takut akan kegagalan.
Dengan percobaan secara langsung maka akan timbul rasa percaya diri pada anak
dan akan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi, karena pada dasarnya anak
usia sekolah dasar sangat cocok dengan pembelajaran secara konkret.
C. Model Pembelajaran
Model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan materi jaring –
jaring kubus yang digunakan oleh guru kelas 5 SD N Tegalrejo 4 Salatiga adalah
dengan mengguankan model pembelajaran Pair Checks. Guru membentuk kelompok
sepasang sebangku, kemudian memberikan tugas membuat jaring-jaring kubus dengan
menggunakan potongan karton kecil – kecil. Model Pair Checks ini, siswa
dintuntut untuk bekerjasama untuk menghasilkan sebuah pemikiran seperti
menentukan jaring – jaring kubus. Pair checks ( pasangan mengecek ) adalah model
pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen
tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut
kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Dalam penerapan model pair checks dalam
pembelajaran matematika tentang jaring – jaring kubus di kelas 5 SD Tegalrejo 4
Salatiga guru menggunakan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1). Guru menentukan dan menjelaskan konsep
permasalahan ( konsep tentang jaring – jaring kubus )
2).
Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan,
setiap pasang berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan membuat jaring – jaring kubus dari potongan
kardus.
2).
Pelatih Mengecek
Setiap partner didalam kelompok saling
membantu dalam menegrjakan tugasnya dalam membuat jaring – jaring kubus, setelah yakin dengan hasilnya, salah satu
patner maju kedepan untuk melihatkan jaring – jaring kubus pada semua temannya.
Di sinilah tugas guru untuk mengecek jawaban siswa, jika jaring – jaring kubus
yang dibuat benar, jaring – jaring kubus di tempel di depan, tapi jika salah
siswa kembali harus memperbaiki sampai menemukan bentuk jaring – jaring yang
dapat dibentuk menjadi kubus.
3).
Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran,
maksudnya siswa bergantian ketika maju. Jadi jika salah satu pasangan maju pada
kegiatan pertama, maka pasangan yang satunya maju pada kegiatan kedua. Banyak
kegiatan yang dilakukan tergantung dari setiap guru.
4).
Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali
bersama dan membandingkan jawaban.Jadi saat salah satu pasangan dari tim lain
maju, maka pasangan tim lainnya mengecek bersama – sama, apakah jaring – jaring
yang diperlihatkan bisa dibentuk sebuah kubus.
5).
Penegasan Guru
Guru
mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep. Ketika pasangan tim lain memeberikan
komentar pada tim yang maju guru harus meberikan penegasan kemabali atas
jawaban siswa.
Setelah
kami melakukan penelitian terhadap cara pengajaran guru kelas 5 SD Tegalrejo 4
Salatiga, bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bisa diterima
dengan baik oleh siswa, karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang
dilakukan dari awal sampai akhir. Ada kelebihan dan kekurangan model pair
checks yang diterapkan pada pembelajaran di kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga.
Kelebihannya
pembelajaran menjadi aktif, siswa sangat antusias untuk maju kedepan untuk
menunjukan hasil karyanya ( jaring – jaring kubus ). Setiap siswa sangat antusias untuk mengikuti
setiap instruksi guru, setiap siswa mencoba untuk membuat bentuk – bentuk
jaring – jaring kubus, semua siswa aktif saling bekerjasama dalam kelompok.
Kekurangannya
membutuhkan pemikiran dan konsentrasi yang tinggi, bagi anak usia sekolah dasar
pemikiran dan konsentrasi yang tinggi sulit untuk dilakukan. Selain itu ada
sedikit masalah ketika akhir dari pembelajaran, guru akan memberikan penugasan
akhir untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah
diajarkan, guru memberikan lima buah soal yang ditampilkan pada LCD karena
lampu mati akhirnya sisw diberikan tugas untuk menggambar lima buah jaring-
jaring yang bisa dibuat menjadi kubus sesuai daya ingat mereka. Pembelajaran
tetap dapat berjalan lancar, karena dari awal siswa sudah tertarik dan sangat
antusias untuk mengikuti seluruh jalannya kegiatan pembelajaran.
D. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab,
praktikum, dan penugasan. Metode yang dipilih juga sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena merupakan salah satu komunikasi atau
pentransferan ilmu baik dari guru ke siswa, siswa ke guru, maupun siswa ke
siswa. Dengan metode akan terjadi pertukaran pemikiran yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai cara atau solusi dari pemecahan masalahan yang sedang
dihadapi. Dengan metode ceramah, siswa dapat menerima informasi secara langsung
dari narasumber yang bisa dipercaya ( guru ), dengan metode diskusi, siswa
dapat saling bertukar informasi, serta dapat menumbuhkan kerjasama yang baik.
Di dalam ceramah pasti akan terjadi tanya jawab, dengan tanya jawab, siswa
dapat bertanya materi apa yang belum dipahami, dan guru memberikan jawaban. Untuk
memecahkan permasalahan tentang bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, siswa melakukan praktikum dengan
membuat bentuk – bentuk jaring – jaring kubus, dengan bimbingan guru ( inkuari
terbimbing / penemuan terbimbing ). Selain itu menjadi hal yang sangat penting
yaitu penugasan, setelah akhir praktikum siswa diberikan tugas untuk menulis
kembali bentuk – bentuk jaring – jaring kubus yang telah ditemukan didalam buku
catatan dengan menggunakan penggaris. Setelah itu dinilai, sehingga guru dapat
mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi, serta siswa
pun juga dapat megetahuai sejauh mana kemampuan pada dirinya.
E. Peningkatan Life Skill
Dalam
pembelajaran matematika yang dialakukan oleh guru di kelas 5 SD N Tegalrejo 4
Salatiga, ini sangat menarik karena anak dituntut untuk bisa menggunakan
seluruk pengetahuan serta kemampuannya dalam memcahkan masalah. Guru memberikan
permasalahan dengan memberikan tugas pada peserta didik untuk bisa menemukan
bentuk jaring – jaring kubus sebanyak yang bisa mereka temukan. Hal ini dapat
dapat dikatakan meningkatan life skill anak, karena secara mandiri dengan
pengawasan serta bimbingan guru anak bisa memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Mereka juga tidak menyerah sampai gurulah yang harus menentukan batas
waktu dalam pemecahan masalah tersebut. Setelah waktu yang ditentukan sudah
selesai peserta didik dengan luar biasa dapat menemukan sebelas bentuk jaring –
jaring kubus dengan bentuk yang berbeda. Tetapi untuk membuktikan bahwa peserta
didik ini benar – benar sudah mengetahui dan paham akan bentuk – bentuk jaring
– jaring kubus, guru terus memancing anak untuk menemukan lagi bentuk lain
jaring – jaring kubus yang belum ditemukan. Anak – anak pun masih sangat
antusias dan mencoba dan terus mencoba untuk menemukan lagi. Hal ini juga dapat
membuktikan bahwa peserta didik tidak cepat menyerah serta tidak cepat puas
terhadap hasil yang mereka capai,mereka akan terus beruasaha sampai benar –
benar yakin akan hasil yang mereka mau. Ini sanagat baik ketika anak
mengahadapi masalah diluar permasalahan pelajaran, anak diharapkan pula untuk
jangan cepat menyerah dan selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
hasil penelitia dan pembahasan penelitian
sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, dan saran sebagai berikut:
1.
Kesimpulan
Pendekatan, model, serta metode
pembelajaran pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru
kelas 5 SD Tegalrejo 4 Salatiga dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena
peserta didik dapat aktif dalam pembelajara yaitu dengan aktif untuk membentuk
jaring – jaring kubus, setelah mencoba – coba untuk membentuk jaring – jaring
kubus dan mereka sudah merasa hasil karya mereka benar, siswa akan maju ke
depan untuk memamerkan hasil karyanya. Guru menggunakan pendekatan induktif,
model Pair Checks (berpasangan sebangku dengan membuat jaring-jaring kubus)
dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, partikum, dan penugasan untuk
mengaplikasikan dalam proses pengajaran. Selain itu rencana pelaksanaan yang
telah disusun guru sudah dilaksanakan sesuai dengan urutan yang benar. Pada
akhir pembelajaran untuk mengetahui bahwa siswa dapat menyerap materi
pembelajaran dengan baik, guru mengukur kemampuan peserta didik dengan
memberikan penugasan. Setelah semua peserta didik mengumpulkan tugas yang telah
dikerjakan, guru memberikan nilai pada pekerjaan peserta didik. Hal ini sangat
penting dilakukan, karena umpan balik yang positif akan memotivasi siswa untuk
selalu giat belajar. Selain itu pembelajaran
dengan
model pair check ini
juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi siswa dalam
memberikan penilaian.
2.
Saran
Dalam suatu proses pembelajaran yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
sudah disusun. Selain itu guru juga harus menggunakan model, pendekatan dan
metode yang tepat sehingga peserta didik dapat menerima informasi dengan
optimal dan dapat meningkatkan life skill.
Kemandirian siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran
juga sangar ditekankan, agar siswa tidak mudah menyerah dalam mengikuti
pembelajaran. Guru sebagai pemimpin dalam kelas diharapkan untuk memberikan
lebih motivasi serta penghargaan berupa pujian pada peserta didik, dan
sugestikan pada pemikiran, bahwa setiap peserta didik memliki pengetahuan,
disinilah guru berperan sangat penting untuk menerapkan serta membimbing
peserta didik untuk mengeksplor semua pengetahuan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-pair-check.html